Ranting atau dahan pohon biasanya digunakan sebagai kayu bakar di beberapa tempat di pedesaan. Meskipun kadar manfaatnya secara ekonomis memang lebih menguntungkan dengan dibakar, namun penggunaan bahan bakar dari kayu sudah harus ditinggalkan. Secara ekologi membakar kayu hanya membuat lingkungan menjadi lebih buruk, lebih baik kayu dari ranting pohon ini dijadikan kompos.
Memang ranting pohon memiliki struktur yang keras, sehingga cukup memakan waktu saat dijadikan kompos. Namun dengan lingkungan pedesaan yang luas dan lahan yang memadai, maka pengomposan ranting pohon bisa dilakukan. Lain bila ini di perkotaan, dimana nilai ruang dan waktu sangat berharga, pengomposan ranting pohon bisa tidak ekonomis.
Pengomposan ranting pohon bisa menghapus kebiasaan membakar kayu, seperti saat membuat lahan, banyak pihak yang memilih membakar kayu ataupun bekas pembersihan lahan untuk menghemat biaya. Padahal membakar kayu memberi kerugian secara ekologi dan ekonomi, jauh lebih menguntungkan bila diolah menjadi kompos. Tentu saja dengan teknik lebih sederhana, dan tidak terlalu menghabiskan banyak biaya.
Walaupun sebenarnya saat ranting kayu menjadi kompos, bisa memberi nilai lebih pada sebuah lahan, baik dari sisi kesuburan tanah dan hasil panen yang lebih baik di masa datang. Pengomposan ranting pohon tetap lebih menguntungkan daripada membakarnya, meskipun ada unsur hara dari sisa pembakaran. Namun tidak begitu baik komposisinya bila dibandingkan dengan kompos, bahkan membakar kayu lebih banyak efek negatifnya bagi lingkungan.
Menyiapkan lahan untuk composting
Pengomposan ranting pohon ataupun sisa pembukaan lahan memang membutuhkan waktu yang lebih lama, ini karena strukturnya yang keras, sehingga proses peruraiannya lebih memakan waktu. Disini harus disiapkan lahan khusus untuk tempat pengomposan, memang lebih baik dengan membuat lubang di lahan yang ada. Namun bila pertimbangan masalah biaya untuk membuat lubang di lahan, maka bisa juga memanfaatkan kondisi struktur tanah di lahan tersebut.
Struktur tanah tidak selamanya rata, maka beberapa tanah yang letaknya lebih rendah bisa digunakan untuk tempat pengomposan. Sedang tanah ataupun dedaunan bisa menjadi campuran bahan kompos dari ranting pohon ini. Prinsip yang diambil dari pengomposan ranting pohon ini dengan memanfaatkan bahan yang ada di lingkungan sekitar, sehingga bisa menghemat biaya pengomposan.
Mencampur bahan pengomposan ranting pohon
Memang sisi waktu pengomposan untuk ranting pohon akan diabaikan, sehingga faktor pengadukan bahan kompos bisa ditiadakan, sebagai gantinya bahan kompos harus disiapkan lebih merata. Caranya dengan membuat bahan kompos tersebar di tumpukan ranting pohon yang akan dijadikan kompos. Bahan campuran pengomposan ranting pohon ini bisa dari dedaunan ataupun tanah bekas pegomposan. Bila ini bekas pembukaan lahan, maka tanah berhumus di lahan tersebut bisa menjadi campuran bahan kompos.
Metode pencampurannya dengan menyiapkan ranting pohon atau sisa pembukaan lahan dibuat secara lapisan atau berlapis. Tiap lapisan bisa dibuat ketebalan 30 sampai 50 cm, tergantung banyaknya bahan campuran kompos yang ada. Jadi prinsip pemanfaatan bahan kompos yang ada di sekitar akan menghemat biaya pengomposan. Bahkan bila ini sebuah pembukaan lahan, juga akan menghemat biaya pembukaan lahan, sekaligus meningkatkan kapasitas struktur tanah tersebut.
Lapisan bahan pengomposan bisa disesuaikan dengan kondisi lahan, demikian pula ketinggian dari lapisan kompos ini. Meskipun seiring berjalannya waktu, lapisan tanah pengomposan ini akan mengalami penurunan, bahkan bila ketinggian tempat pengomposan sekitar satu meter bisa turun ketinggiannya sekitar separuhnya. Biasanya bila kondisi ini terjadi, maka sudah menjadi tanda ranting pohon tersebut sudah menjadi kompos dan siap untuk digunakan.