Ada perbedaan yang strategis antara kompos padat dan yang cair, meskipun masing-masing memiliki manfaat yang sama. Kompos cair lebih disukai, karena praktis dan mudah meresap ke lahan atau tanaman yang sedang dipupuk. Keunggulan ini membuat kompos cair diminati banyak orang dan lebih efisien dalam penggunaannya.
Kompos cair sebenarnya lebih mengadobsi ketenaran pupuk cair buatan yang sudah lama dipakai oleh para petani kita. Pupuk cair menjadi primadona karena lebih efisien dalam penggunannya, sehingga nilai atau ongkos produksi akan sesuai dengan hasil yang digunakan. Lain dengan pupuk padat yang mungkin akan menguntungkan tanaman lain yang tidak diinginkan oleh petani.
Pembuatan kompos cair sebenarnya tidak berbeda dengan kompos pada umumnya. Semua harus melewati tahap komposting, sebelum bisa menjadi sebuah kompos. Namun pada kompos cair yang bagus secara kualitas harus melewati masa komposting yang sempurna, sebelum bisa digunakan layaknya sebuah pupuk atau kompos.
Menyiapkan alat dan bahan untuk komposter kompos cair.
Prinsip pembuatan komposter untuk kompos cair hampir sama dengan komposter pada umumnya. Hanya pada komposter untuk kompos cair dibuatkan saluran di bagian bawah komposter untuk menyalurkan hasil kompos cair ini. Tidak masalah apapun jenis tempat komposternya, apakah dengan tong plastik, atau bak sampah dari beton, tetap bagian bawah dibuatkan lubang untuk menyalurkan kompos cair tersebut.
Selebihnya komposter yang baik, yang bisa diatur atau diolah bahan kompos di dalamnya. Bila terlalu besar komposter akan sulit untuk digunakan. Mungkin bisa, tapi hasil tidak maksimal, karena tidak meratanya proses komposting tersebut. Jadi komposter yang lebih baik adalah yang bisa dikendalikan penggunaannya.
Mengolah sampah untuk kompos cair.
Sebenarnya saat memasukan sampah sebagai bahan kompos cair, tetap sama seperti pada proses komposting pada umumnya. Yaitu perbandingan yang seimbang antara sampah basah dan kering, jadi bukan berarti bila untuk memaksimalkan produksi kompos cair, maka sampah basahnya lebih banyak. Karena perbandingan yang tidak seimbang akan membuat proses komposting menjadi gagal. Bila sampah dalam komposter terlalu basah akan membuatnya terlalu lembab, sehingga bukan proses kompostingnya yang berhasil, tapi jamur akan tumbuh di dalam komposter.
Meskipun pada tahap awal bisa disiasati dengan komposisi yang seimbang antara sampah basah dan kering, kemudian baru setelah proses komposting berhasil, bisa dilakukan strategi yang berbeda. Yaitu komposisi sampah basah dinaikan sedikit lebih banyak, untuk mendapatkan kompos cair yang lebih banyak. Strategi ini bisa dilakukan tanpa mengabaikan proses komposting yang sedang berjalan.
Menggunakan EM4 untuk komposting kompos cair.
EM4 bisa digunakan sebagai bioaktivator untuk mempercepat proses pengomposan. Meskipun hasilnya akan sama dengan atau tidak dengan menggunakan EM4. Hal ini karena bila produksi sampah anda sangat banyak, maka penggunaan EM4 sangat disarankan untuk mengurai jumlah sampah yang sangat banyak tersebut lebih cepat.
Namun jangan lupakan prinsip pengomposan, yaitu penguaraian sampah menjadi kompos. Maka kondisi sampah harus dalam bentuk kecil-kecil, sehingga bisa mempercepat proses penguraian. Apalagi pada sampah yang konturnya agak keras, maka lebih kecil lebih cepat proses penguaraiannya.
Memanen kompos cair.
Kompos cair biasanya akan sempurna bila sampah padatnya sudah menjadi kompos padat pada umumnya. Bisa sekitar 1-2 minggu, tergantung cepatnya proses penguraian. Saat kompos sudah berhasil, maka saluran untuk kompos cair sudah bisa dibuka dan ditampung di botol atau tempat yang diinginkan.
Setelah proses komposting berhasil, pengambilan kompos cair bisa dilakukan setiap harinya. Untuk semakin menambah produksi kompos cair, maka sampah basah bisa ditambahkan komposisinya. Namun harus tetap bisa menjaga proses komposting yang sedang berjalan.