Antara Venice, Amsterdam dan Jakarta

Ada kesamaan dari ketiga kota di Venice, Amsterdam dan Jakarta, yaitu posisi tempat yang berada di bawah permukaan air laut. Namun Jakarta boleh dibilang lebih tinggi dibandingkan kedua kota lainnya, hanya Jakarta lebih terendam dan dibikin pusing dengan banjir yang ada. Memang tata kelola ruang dan wilayah yang tidak jelas membuat permasalahan banjir menjadi problema tahunan, bahkan bisa jadi abadi sampai seumur hidup.

Bila Venice dan Amsterdam bisa keluar dari persoalan banjir, karena memang memiliki tata kelola kota yang jelas. Mungkin butuh waktu, tapi waktu yang sudah diberikan pada mereka yang bertanggung jawab rasanya sudah cukup banyak. Mereka hanya berkutat pada mengendalikan aliran banjir tanpa pernah melihat hal yang sama di Venice maupun Amsterdam.

Venice sudah lama menjadi kota yang berada di bawah permukaan air laut, maka wajar model pembangunannya ke atas. Dengan posisi jalanan kota yang bisa merubah menjadi sungai atau jalan saat pasang surut. Jadi semuanya sudah beradaptasi dengan pasang surutnya air laut, bukan menjadi persoalan malah menjadi peluang bagi industri pariwisata yang menghasilkan banyak uang. Siapa yang tidak luluh saat berjalan di pinggir kanal Venice atau menikmati keindahan malam saat rintik hujan dengan hiasan temaramnya lampu kota Venice?

Sesuatu yang sebenarnya bisa ditiru di Jakarta, di tempat atau bagian kota yang biasa terkena banjir Rob. Ini harusnya sudah bisa dibikin kayak begitu, memang akan ada dana yang besar untuk melakukannya, tapi akan lebih baik bila persoalannya terselesaikan daripada dituntaskan tanpa arah. Venice memang butuh ratusan tahun untuk menjadi yang sekarang begitu indah menyatu dengan lingkungan air.

Demkian pula kota Amsterdam, terkenal karena memang wilayahnya berada di bawah permukaan air laut. Namun tidak menyingkirkan mereka untuk tetap tinggal di rumah mereka yang nyaman. Waduk raksasa dibangun di sekeliling kota, dengan mengatur system pengairan yang ramah lingkungan. Tidak perlu pompa yang berbahan bakar minyak untuk mengalirkan air ke laut, tapi memanfaatkan tenaga angin yang gratis dan ramah lingkungan, maka dibangunlah kincir angin, yang terkenal sampai sekarang dan menjadi obyek wisata dunia.

Memang tidak ada beda antara Venice, Amsterdam dan Jakarta, hanya beda di cara mengelola tata ruang yang efektif dan efisien. Jakarta harusnya bisa mencontoh mereka, ini bila tidak bisa kreatif, menciptakan ide baru dalam mengatasi banjir. Padahal teknologi sekarang jauh lebih baik dari apa yang pernah dihadapi oleh kota Venice maupun Amsterdam pada saat itu.

Namun kenyataan yang terjadi sering “hopeless” dan “helpless” seakan mudah sekali omong ide sewaktu kampanye. Namun saat merealisasikan janji-janjinya begitu pintar untuk “ngeles” atau mencari “kambing hitam” dari persoalan banjir yang harusnya menjadi tanggung jawab mereka. Bila ingin seperti Venice atau Amsterdam sebenarnya bisa dilakukan, dengan tata kelola ruang yang jelas dan ramah lingkungan.
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
logo
Copyright © 2013. detipso - All Rights Reserved | Template Created by Infotipso Proudly powered by Blogger