Menanam Pohon Pencegah Banjir

Pada dasarnya semua pohon memiliki akar yang bisa berfungsi menyerap dan menahan air. Namun lucunya tidak ada tempat bagi air untuk mencapai akar pohon tersebut. Biasanya tanaman atau pohon di tengah kota sudah dipaving atau diplester sekitarnya dengan material yang menghalangi air untuk masuk ke dalam tanah.

Ini yang membuat air hujan atau yang mengalir di sekitar pohon tidak terserap dengan baik, akibatnya aliran air lebih cepat di permukaan tanah dan menyebabkan mudah terkumpul dengan cepat di dataran yang lebih rendah. Ini yang disebut banjir, karena memang pohon yang ditanam tidak berfungsi sama sekali dalam menyerap dan menahan air. Memang sungguh ironi, menanam untuk lingkungan yang lebih baik atau hanya untuk keindahan.

Bila memang ingin difungsikan untuk meredakan dan mencegah banjir, maka harusnya fungsi pohon dimaksimalkan. Beri lahan terbuka yang memudahkan bagi pohon menyerap air yang mengalir. Memang di lingkungan perkotaan sudah menjadi kebiasaan mengeraskan permukaan tempat yang ada, baik dengan paving, maupun dengan plester semen, yang tentunya akan menghalangi terserapnya air ke dalam tanah.

Ini sudah terbukti, meskipun pada jalanan jenis paving memang lebih baik dalam menyerap genangan air, ini bila dibandingkan dengan jalanan aspal atau beton. Namun akan lebih baik bila semacam pedestrian atau tempat yang tidak dilalui kendaraan bermotor, menggunakan sejenis paving terbuka atau berongga, artinya memiliki tanah terbuka yang lebih besar dibandingkan paving biasa.

Juga usahakan tanah tersebut ditumbuhi rumput, tapi jangan dikeraskan, sehingga lebih memudahkan air terserap ke dalam tanah. Memang sempitnya lahan terbuka hijau akibat tata kelola lahan yang tidak terencana, dimana semua lahan digunakan untuk pemukiman, jalan, tempat komersial, tanpa memperhitungkan tempat resapan air hujan. Akibatnya saat hujan, air mengalir dengan kencang di permukaan tanah, sehingga dengan mudah menyebabkan banjir.

Harusnya sudah ada kebijakan radikal meningkatkan lahan terbuka hijau secara cepat. Pada pemukiman, area komersial harus sudah disyaratkan lahan terbuka hijau hingga lima puluh persen dari peruntukannya. Ini memang akan membuat bangunan lebih vertical, sedikit lebih mahal dari bangunan biasa. Namun bisa menyelamatkan kerugian trilyunan rupiah akibat banjir.

Kebijakan ini harusnya dilakukan pada daerah aliran banjir dengan cara bertahap, namun efeknya akan bisa meredakan dan mencegah banjir dengan segera. Jadi sebenarnya mungkin tidak perlu infrastruktur trilyunan rupiah, seperti gorong-gorong raksasa, asalkan lahan terbuka hijau atau tanah resapan lebih besar dari yang ada, sudah bisa mencegah banjir dengan segera. Ini ibarat membuat hutan di bawah dan sekitar pemukiman maupun area komersial.

Rasio lahan terbuka untuk resapan air akan semakin besar, sehingga air hujan bisa teresap dengan cepat ke dalam tanah. Teknik ini juga bisa membuat air tanah menjadi lebih jernih, karena akan berasal dari air hujan yang lebih bersih daripada air resapan dari sungai. Memang butuh waktu dan rencana yang strategis untuk membuat lahan terbuka hijau ini, namun jauh lebih baik daripada mengendalikan air banjir yang tidak akan pernah terkendali.
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
logo
Copyright © 2013. detipso - All Rights Reserved | Template Created by Infotipso Proudly powered by Blogger